Skip to main content

Momen Menyapih Cinta Pertamaku

Bismillah.

Ilustrasi : unsplash.com

Alhamdulillah saya dikaruniai seorang anak perempuan menggemaskan yang saaangat suka menyusu, Olive namanya. Tidak heran jika berat badannya selalu on track bahkan seringkali melebihi kawan-kawan seusianya. Dia seperti menemukan kedamaian dan ketenangan saat sedang menyusu. Olive sangat betah berlama-lama dan tidak mau lepas. Saya bisa melihat bagaimana bahagia dan gembiranya ia. Namun kebahagiaan itu seolah terenggut saat saya memutuskan untuk menyapihnya diusianya yang ke 2 tahun. Nah, mungkin masih ada yang belum paham ya tentang apa sih menyapih itu? Menyapih artinya Ibu mulai membiarkan anak berhenti menyusu ASI. Untuk lengkapnya bisa simak disini ya https://www.ibupedia.com/artikel/balita/menyapih-si-kecil-dengan-cinta.

Pertimbangan saya untuk menyapih karena saya merasa produksi ASI sudah sangat berkurang dan supaya Olive lebih fokus untuk makan. Saya sudah mendiskusikan hal ini dengan suami dan beliau mendukung sepenuhnya. Akhirnya saya bulatkan tekad diusia Olive yang ke 2 tahun 3 minggu untuk menjalankan misi 'Weaning With Love' atau menyapih dengan cinta. Berbekal materi menyapih dan tips & trik yang saya baca di https://www.ibupedia.com/, jeng jeng jeng, pertunjukan pun dimulai. Selama seminggu setiap akan tidur siang dan tidur malam Olive rewel mengamuk, menangis histeris berteriak seperti orang yang kehilangan separuh jiwanya.

Ilustrasi : unsplash.com

Saya tidak menggunakan barang apapun untuk mengelabui Olive. Tidak dibalsam, tidak diberi obat merah, tidak diplester, atau apapun. Saya hanya terus menerus mengatakan kepadanya "Olive sayang soleha ayah ibu, yang sabar ya nak, yang ikhlas ya, sekarang sayangnya ayah ibu sudah 2 tahun, sudah ga nenen lagi, nenennya sekarang gantian buat adik ya nak insyaaAllah. Ibu tetep sayang kok sama Olive, tetep bisa peluk-pelukan". Meskipun adiknya belum ada, tapi saya terus membisikkan kalimat ini ditelinganya dengan optimis.

Ilustrasi : unsplash.com

Awal-awal dia sangat tidak terima, terus meraung-raung minta ASI. Saya benar-benar tidak tega melihatnya, tapi saya harus kuat dan tidak boleh goyah. Akhirnya dia tertidur karena kecapaian menangis, kejadian ini terus berlangsung selama seminggu lebih. Kami membawanya berkunjung ke rumah nenek, mengajaknya bermain di luar rumah lebih sering, mengajak mengunjungi tetangga, demi mengalihkan perhatiannya.

Ilustrasi : unsplash.com

Alhamdulillah seminggu setelahnya dia sudah mulai bisa ikhlas dan lapang dada menerima kenyataan bahwa ia harus berpisah dengan ASI untuk seterusnya. Tidak ada trauma, makannya semakin lahap, dan kemandiriannya semakin terasah. Kami sangat bangga melihat perkembangannya.

Ilustrasi : unsplash.com

Menyapih memang sangat menguras emosi, jiwa dan raga ya. Tapi jangan khawatir, di https://www.ibupedia.com/ kita bisa menemukan banyak tips dan trik untuk menyapih anak dengan cinta. Berikut ini diantaranya :
1. https://www.ibupedia.com/artikel/balita/cara-menyapih-anak-biar-sukses-tanpa-drama.
2. https://www.ibupedia.com/artikel/balita/5-cara-menyapih-anak-tanpa-harus-dipaksa.
3. https://www.ibupedia.com/artikel/balita/7-cara-menyapih-anak-saat-tidur-malam.
4. https://www.ibupedia.com/artikel/keluarga/10-hal-yang-wajib-ayah-lakukan-di-momen-menyapih-anak.

Semangat dan jangan lupa berdoa ya!

Comments

Popular posts from this blog

Curhat Sesuka Hati

Bismillah. Senengnya diblog itu bisa cerita apa aja yang dimau, tanpa peduli ada yang baca atau engga. Bisa cerita macem2 dari mulai yang ga penting sampe yang ga penting banget. Bisa mendokumentasikan banyak hal. Sesuka itu disini. Saya mungkin termasuk orang yang introvert. Karena kalo mau posting sesuatu yang pribadi dimedsos pasti mikirnya berkali kali, dan seringnya endingnya ga jadi ngepost. Atau abis ngepost terus beberapa menit kemudian langsung dihapus. Kecuali kalo posting2 cuplikan kajian gitu, saya niatnya semoga bisa jadi amal jariyah aja. Tapi kalo posting tentang pendapat pribadi atau yang gitu2 tu gimana ya ga pede banget, seolah semua mata tertuju ke saya padahal mah cuma ketakutan sendiri, orang2 juga belum tentu peduli wkwk. Banyak banget hal2 yang terjadi dikehidupan saya. Up and down. Dari segi mental terutama. Yang sulit saya ceritain ke sembarang orang. Kalo ke suami mah of course cerita ya, tapi sebagai perempuan kadang masih butuh suatu wadah yang bisa me

Jujur pada Diri Sendiri

Bismillah. Kita tidak perlu membuktikan apapun kepada siapapun bahwa kita itu baik, setia, ramah, berbakti, pintar, kaya, dan sebagainya. Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena pada akhirnya tetap kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik, ramah, pintar, setia, kaya, dan sebagainya tersebut. -Tere Liye Tiba-tiba nemu  quote ini dan langsung keinget sama kejadian-kejadian jaman dulu. Dari dulu saya itu emang orang yang ga enakan dan gampang baper. Saya takut ga ada yang mau temenan atau deket sama saya. Saya peduli banget sama semua komentar orang tentang saya, apalagi komen buruk bisa bikin kepikiran berhari-hari. Saya sering dibayangi perasaan bersalah jika tidak bisa membantu kesulitan orang lain atau jika ada orang yang mengalami sesuatu yang buruk saat di dekat saya, hal seperti itu yang bahkan diluar kendali kita membuat saya merasa bersalah. Dipikiran saya saat itu, saya harus jadi orang yang bai